Motor Curian Dipakai Silaturahmi, Eh Parkir di Depan Rumah Pemiliknya

Motor Curian Dipakai Silaturahmi, Eh Parkir di Depan Rumah Pemiliknya

Pria bernama Edi (35) warga Desa Selokbesuki, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur bisa bernafas lega lagi.

Pasalnya dia bisa menemukan kembali motor Yamaha Vega R yang hilang dicuri tanpa harus bersusah payah.

Kejadiannya cukup unik, korban melapor kehilangan motornya pada Sabtu (8/6/2019), dan menemukan kembali di halaman rumah tetangganya pada Senin (10/6/2019), ternyata dibawa tamu dari tetangganya itu.

Kejadian bermula saat ia melaporkan motornya hilang di halaman rumahnya ke Polsek Sukodono.

Namun slang dua hari kemudian, ia tak sengaja melihat motornya terparkir di depan rumah tetangganya.

Setelah dihampiri, ternyata motor tersebut dibawa oleh Sagi bin Tuyo (21) warga Desa Merakan Kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang.

Bersama anak dan istrinya, Sagi gunakan motor tersebut untuk bersilaturahmi dalam rangka Hari Raya Idul Fitri.

Korban pun langsung menghubungi Polsek Sukodono atas kejadian tersebut.

Dalam pengakuannya, tersangka mengatakan bahwa ia mendapatkan motor tersebut dari orang tak dikenal yang sama-sama mencuci motor di sungai.



Motor Curian Dipakai Silaturahmi, Eh Parkir di Depan Rumah Pemiliknya
Orang tak dikenal tersebut menawarkan uang Rp 200 ribu plus motor tersebut untuk ditukarkan dengan motor milik tersangka.

Sagi pun mengiyakan hal tersebut dan membawa motor tersebut berkeliling untuk bersilaturahmi.

Melihat hal ini, Kapolres Lumajang AKBP Arsal Sahban pun berikan tanggapannya.
"Dia hanya silatuhrahmi ke keluarga yang ternyata tetangaan dengan pemilik motor yang hilang," kata Arsal kepada GridOto.com, Kamis (13/6/2019).

"Ini pelajaran bagi masyarakat untuk tidak membeli motor tanpa surat surat, karena motor tersebut berpotensi hasil kejahatan," sambung dia.

Dari kasus ini pihaknya akan dalami apakah tersangka benar-benar tukar motor dengan orang tak dikenal atau sebagai pelaku langsung barang curian.

Sementara, Kasat Reskrim Polres Lumajang AKP Hasran Cobra akan bersikap tegas atas kejadian ini.

"Saya berharap ini adalah kasus pencurian yang terakhir di wilayah hukum Polres Lumajang. Tim Cobra akan saya sebar untuk menangkap para pelaku yang masih berkeliaran di wilayah Kabupaten Lumajang," tutupnya.

Oknum TNI Pemutilasi Kekasih di Sumsel Ditangkap

Oknum TNI Pemutilasi Kekasih di Sumsel Ditangkap


PALEMBANG - Prada Deri Pramana oknum TNI yang diduga sebagai pelaku pembunuhan disertai mutilasi terhadap korban Vera Oktaria (20) di salah satu penginapan di Sungai Lilin, Musi Banyuasin Sumatera Selatan, ditangkap. Oknum TNI itu ditangkap setelah kabur sejak kasus penemuan mayat kasir Indomaret yang terjadi Mei 2019 lalu lalu mengarah kepadanya.

"Tersangka (Prada Deri) sudah ditangkap dan sedang dalam perjalanan," ungkap Komandan Denpom II/IV Sriwijaya, Letkol Unggul pada Kamis, 13 Juni 2091 malam.

Unggul menuturkan, saat ini tim yang terdiri dari Intel dan Denpom II Sriwijaya dakam perjalanan mengawal Prada Deri. "Untuk lebih jelas ditangkap di mana, ya nanti langsung oleh Kapendam," tuturnya.
Oknum TNI Pemutilasi Kekasih di Sumsel Ditangkap
Informasi penangkapan Prada DP telah beredar luas di media sosial. Dalam informasi tersebut menyebut Prada DP yang merupakan kekasih sekaligus tetangga korban ditangkap di kawasan Serang, Banten. Sebelumnya sempat diduga Prada DP sembunyi di Kabupaten Musi Banyuasin.

Sebelumnya, Jumat, 10 Mei 2019 lalu warga digemparkan dengan penemuan mayat perempuan tanpa busana dengan kondisi dimutilasi di penginapan kawasan Sungai Lilin, Musi Banyuasin. Polisi menyebut diduga pelaku berencana memutilasi korban dan memasukkan ke dalam dua koper, namun rencana itu dibatalkan.

Selanjutnya pelaku berencana membakar korban memakai timer obat nyamuk, namun gagal karena obat nyamuk bakar itu mati.
(whb)

Banyak Puskesmas Terisolasi, Korban Banjir Konawe Butuh Bantuan Medis

Banyak Puskesmas Terisolasi, Korban Banjir Konawe Butuh Bantuan Medis


JAKARTA - Wilayah Konawe Utara adalah salah satu wilayah terdampak bencana banjir di Sulawesi Tenggara yang sulit diakses. Tim Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) melaporkan, akses ke Konawe Utara hanya bisa dilalui lewat perjalanan darat dari Kendari selama delapan jam.

"Itupun akses terhambat genangan air dan jalan berlumpur. Di beberapa wilayah di Konawe Utara, daerah terpapar banjir hanya bisa dilalui dengan rakit kayu sederhana untuk evakuasi. Sisi kanan kiri jalan dijumpai ratusan rumah dan bangunan terendam air," tutur relawan Tim BSMI, dr Idham Rahman dalam siaran pers BSMI kepada SINDOnews, Sabtu (15/6/2019).

Idham yang juga Ketua BSMI Sulawesi Tengah ini menyebutkan tim relawan BSMI untuk Banjir Sulawesi Tenggara menerjunkan relawan kesehatan bersama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Haluoleo Kendari.

Dia mengungkapkan, berdasarkan koordinasi dengan Bupati Kabupaten Konawe Utara dan Markas komando penanggulangan bencana didapatkan beberapa data terkait bencana banjir di Konawe Utara.

"Data menyebutkan di Konawe Utara terdapat 5.888 jiwa pengungsi, 1436 rumah terendam, enam titik terisolasi, 12 titik rusak parah, 19 titik rusak sedang, tujuh jembatan penghubung antarkecamatan rusak," tutur Idham.

Untuk kondisi layanan kesehatan, BSMI mendapatkan informasi tujuh puskesmas terisolasi dengan kondisi tidak ada dokter dan hanya bisa diakses dengan angkutan udara atau air, dokter umum fungsional dan tiga dokter spesialis disiagakan di RSUD dan ada satu puskesmas yang beroperasi dengan empat negara dokter.
Banyak Puskesmas Terisolasi, Korban Banjir Konawe Butuh Bantuan Medis
"Saat ini yang menjadi prioritas adalah dokter yang bisa stay di pos pelayanan kesehatan, obat-obatan. Sementara logistik masih membutuhkan kebutuhan pokok sembako, air bersih untuk minum, terpal atau karpet dan selimut," tutur Idham.

Dia mengatakan, kendala utama dalam menangani korban di lokasi adalah cuaca yang masih sering hujan sehingga akses helikopter dan perahu juga terhambat.

"Akses darat yang sulit ditempuh juga membuat penyaluran logistik terutama daerah terisolasi terhambat," tuturnya.
(dam)

Memanas, Turki Bakal Balas Sanksi AS

Memanas, Turki Bakal Balas Sanksi AS


ANKARA - Tensi hubungan antara Turki dengan Amerika Serikat (AS) terus memanas terkait keputusan Ankara membeli sistem pertahanan S-400 buatan Rusia. AS menilai kesepakatan itu membahayakan keterlibatan Ankara dalam program jet tempur F-35, bahkan bisa mendorong dijatuhkannya sanksi.

Menanggapi ancaman itu, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menyatakan akan membalas setiap tindakan Washington atas keputusannya untuk mengakuisisi sistem pertahanan udara S-400 Rusia.

"Satu negara tidak bisa memberikan instruksi kepada yang lain tentang cara bertindak. AS harus meninggalkan perilaku ini. Semua orang khawatir tentang hal ini. Seberapa jauh itu bisa terjadi? Jika AS mengambil langkah melawan kita, maka kita akan dipaksa untuk mengambil langkah timbal balik," katanya dalam sebuah wawancara dengan saluran NTV seperti dilansir Sputnik, Jumat (14/6/2019).
Memanas, Turki Bakal Balas Sanksi AS


Cavusoglu sebelumnya mengatakan bahwa "tidak" berada dalam posisi untuk mengeluarkan ultimatum mengenai kebijakan Turki.

Pernyataan Cavusoglu datang tak lama setelah juru bicara kepresidenan Turki Ibrahim Kalin mengecam surat oleh Penjabat Menteri Pertahanan AS Patrick Shanahan kepada Menteri Pertahanan Turki yang dilaporkan berisi ancaman untuk mengeluarkan Ankara dari program pelatihan pilot F-35 terkait kesepakatan S-400.

"Surat ini bertentangan dengan semangat hubungan sekutu. Bersamaan dengan pengiriman surat itu, isinya diungkapkan kepada media. Ini tidak dapat diterima untuk urusan negara yang serius. Semua orang harus yakin bahwa kami akan merespons. Presiden Turki dan Amerika Serikat akan membahas masalah peserta pelatihan F-35 kami di sela-sela pertemuan KTT G20 di Jepang pada 29 Juni," kata Kalin tentang surat itu, yang dilihat oleh majalah Foreign Policy.

Turki secara konsisten menolak tunduk pada ancaman AS atas kesepakatan S-400. Ankara bersikeras bahwa pembelian senjata itu adalah urusan kedaulatannya, dan telah mengesampingkan kemungkinan membatalkan rencana untuk menyelesaikan akuisisi.

Pada akhir Mei, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Morgan Ortagus mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa akuisisi Turki atas S-400 Rusia akan memiliki konsekuensi yang sangat nyata dan sangat negatif.

Washington, dalam banyak kesempatan, mengklaim bahwa S-400 tidak kompatibel dengan peralatan militer NATO dan menyebut bahwa sistem pertahanan udara Rusia itu menimbulkan ancaman bagi jet tempur F-35.

Ankara, pada gilirannya, menekankan bahwa S-400 tidak terhubung dengan keamanan NATO, AS atau F-35 dengan cara apa pun, dan keputusan untuk mendapatkannya tidak menargetkan negara ketiga.

Karena Turki secara konsisten menolak untuk membatalkan kesepakatan, Washington mengancam untuk menahan penjualan pesawat tempur siluman ke Ankara, atau menamparnya dengan sanksi berdasarkan Undang-Undang Melawan Penentang Amerika Melalui Sanksi (CAATSA) 2017.

Rusia dan Turki menandatangani perjanjian pinjaman senilai USD2,5 miliar untuk pengiriman total empat baterai sistem S-400 pada Desember 2017. Pengiriman pertama ditetapkan untuk Juli 2019 dan akan dilanjutkan sesuai jadwal, menurut pejabat Turki.

Serangan Tanker di Teluk Oman: Kapten Kapal Teriak 'Serangan Torpedo'

Serangan Tanker di Teluk Oman: Kapten Kapal Teriak 'Serangan Torpedo'


LONDON - Sebuah rekaman audio panggilan meminta bantuan dari sebuah kapal kargo yang menyelamatkan kru kapal Front Altair yang diserang di Teluk Oman memperdengarkan panggilan bantuan yang dramatis.

Dalam rekaman yang diperoleh Mirror, seorang pria mengidentifikasi dirinya sebagai kapten kapal dari Hyundai Dubai mengatakan "serangan torpedo" dan "ledakan" saat ia memberikan koordinat kapal.

Berbicara dengan suara tenang tetapi dengan urgensi, ia mengatakan para kru aman dan operasi penyelamatan mendekati akhir dan menambahkan bahwa tidak ada yang terluka dan bantuan medis tidak diperlukan.

Baca Juga:
Bukan Intervensi, Trump Akan Terima Informasi Asing Soal Lawan di Pilpres 2020
Lantai Kaca Skydeck Chicago Tower Retak, Pengunjung Pucat


"Semua kru turun dengan aman. Operasi penyelamatan hampir selesai," katanya dalam rekaman itu seperti dilansir dari Mirror, Sabtu (15/6/2019).

Anggota awak di kapal Front Altair milik Norwegia dan Kokuka Courageous milik Jepang terpaksa meninggalkan kapal karena kedua kapal tanker itu mengalami ledakan.

Perusahaan Norwegia Frontline mengatakan kru Front Altair - 11 warga Rusia, 11 warga Filipina dan satu dari Georgia - dipindahkan dari Hyundai Dubai ke kapal angkatan laut Iran dan dibawa ke pelabuhan lokal.

Rekaman itu diedarkan dalam industri pelayaran beberapa jam setelah serangan yang dituduhkan AS dilakukan oleh Iran dan tampaknya melibatkan ranjau magnet, bukan torpedo.

Video yang dirilis oleh militer AS diduga menunjukkan tentara Garda Revolusi Iran mengeluarkan sebuah tambang yang tidak meledak dari sisi Kokuka Berani beberapa jam setelah serangan.

Rekaman hitam-putih yang direkam oleh pesawat AS menunjukkan kapal yang lebih kecil, dikatakan sebagai kapal patroli IRGC, mendekati kapal tanker minyak, sementara foto menunjukkan tambang magnet yang terlihat di kapal sebelum dipindahkan.


Namun Iran membantah bertanggung jawab atas insiden yang terjadi pada Kamis pagi di jalur pelayaran penting antara perairan Iran dan negara-negara Teluk Arab. Iran menyebut tuduhan AS "mengkhawatirkan" dan mengatakan negara itu telah menyelamatkan awak kapal tanker yang diserang dalam waktu sesingkat mungkin.
Serangan Tanker di Teluk Oman: Kapten Kapal Teriak 'Serangan Torpedo'

Ledakan di dekat pintu masuk Selat Hormuz itu terjadi sebulan setelah empat kapal menjadi sasaran serangan sabotase di lepas pantai Uni Emirat Arab. Hampir seperlima dari minyak dunia - sekitar 17,2 juta barel per hari - melewati Selat Hormuz.

Ketegangan antara Washington dan Teheran telah meningkat setelah Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan kekuatan dunia.

Pada Mei, Trump memaksa pelanggan minyak Iran memangkas impor mereka menjadi nol atau menghadapi sanksi keuangan.

Iran lantas memperingatkan bahwa mereka akan memblokir Selat Hormuz jika sanksi AS mencegah negara itu menjual minyaknya.
(ian)

Cegah Kembalinya Pertarungan Ideologi Era Tahun 50-60 Dalam Politik Indonesia

Cegah Kembalinya Pertarungan Ideologi Era Tahun 50-60 Dalam Politik Indonesia

Mungkin akhirnya menjadi tidak terlalu mengejutkan jika pasca Pemilu 2019 ini menyisakan residu dalam rumah besar kerukunan sosial kita. Betapa tidak? Persaingan politik baik antar partai maupun antar pengusung Capres - Cawapres yang peak nya terjadi dalam kurun 7 bulan menjelang hari pencoblosan tak pelak menajam dan mengeras ke tingkat yang tak kita bayangkan sebelumnya. Rakyat bak terbelah.


Berseberangan di muka sungai persatuan, berhadap-hadapan dalam raut wajah yang penuh ejekan, ketidaksukaan, dan sebagian dari mereka: beringas dipenuhi amarah. Lebih jauh dari itu masing-masing pihak meyakini: 'betapa bodoh dan sesatnya' pilihan dari pihak yang berseberangan pilihan dengan mereka.

Apa sebab situasi akhirnya terjadi seperti ini? Apa yang salah? Ataukah ini memang sebuah keniscayaan dan konsekuensi normal atas model kontestasi di sebuah negara yang tengah membangun demokrasi dengan sehebat-hebatnya?

Kalau kita berefleksi sejenak, memutar waktu ke sekitar tahun 50 - 60, mungkin ada satu-dua pembelajaran yang bisa kita dapatkan. Sejarah perkembangan demokrasi Indonesia tahun 1950 1960 ditandai dengan era multi partai yang saling berebut peran dan pengaruh politik kepada pemerintahan, berkembangnya pengaruh komunis, serta pada akhirnya, gerakan radikal partai menjadi pemberontakan kepada negara.
Cegah Kembalinya Pertarungan Ideologi Era Tahun 50-60 Dalam Politik Indonesia
Pemilu 1955 merupakan momentum yang memperlihatkan untuk pertama kalinya bahwa iklim politik Indonesia begitu terbuka dengan berbagai aliran. Selain pendekatan aliran, juga menggambarkan aliran-aliran pemikiran politik yang ada ketika itu, yaitu: Nasionalisme Radikal, Tradisionalisme Jawa, Islam, Sosialisasi Demokratis, dan Komunisme. Era tahun 1950-1960 sungguh merupakan masa memanasnya partai-partai politik dengan pendekatan ideologinya masing-masing.

Setiap partai politik merekrut kelompok-kelompok sosial tertentu untuk menjadi anggota atau pendukung partai. Hal ini berdampak kepada adanya pengidentikan partai dengan kelompok sosial di dalam masyarakat. Contohnya kala itu PKI identik dengan kelompok petani, Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) identik dengan kelompok Islam modernis yang seringkali bertentangan dengan kelompok Islam konservatif yang identik dengan NU, serta PNI yang identik dengan kelompok 'abangan'.

Selanjutnya mudah diduga, adanya pemisahan secara ekstrim kelompok-kelompok sosial ini akhirnya memancing terjadinya konflik antar kelompok sosial sehingga sulit tercapai suatu integrasi secara sosial. Dengan menggunakan ideologi, sebuah partai menyerang partai lainnya yang berbeda ideologi dengan mereka. Mereka masing-masing mencari cara untuk menghubungkan ideologi masing-masing dengan isu-isu nasional yang dianggap mampu mengurangi pengaruh/reputasi atau bahkan menjatuhkan partai lainnya.

Visi, misi dan program partai dirasa sudah tidak menarik lagi dijadikan modal untuk merebut dukungan. Masing-masing partai berusaha menancapkan cap atau stigma tertentu pada pihak pesaingnya, tak lagi penting itu ada dasarnya atau tidak dan masuk akal atau tidak. Rakyat yang pada fanatik pada masing-masing ideologi yang dianutnya, dengan sedikit usaha saja, mudah sekali diadu domba.

Pemberontakan PKI di Madiun, pemberontakan DI/TII, PRRI dan G 30 S/PKI adalah buah pertentangan ideologi yang mengeras dan menimbulkan korban yang tidak sedikit. Pada kasus pemberontakan DI/TII, Kartosuwiryo, pimpinan Masyumi yang juga mantan anggota Sarekat Islam menjadikan Islam sebagai ideologi politik, di mana setiap perjuangan politik haruslah berpegangan pada akidah politik, yaitu ideologi. Belasan ribu jiwa tewas akibat pemberontakan ini sekalipun akhirnya Kartosuwiryo ditangkap TNI dan dieksekusi pada tahun 1962.

Pasca pemilu 1955, Masyumi memang semakin sering berbeda pendapat dengan partai-partai lain di kabinet maupun parlemen dalam beberapa isu politik, terutama mengenai peranan PKI. Hal itu menimbulkan perselisihan dengan Presiden Soekarno, yang menginginkan dilibatkannya PKI dalam kehidupan pemerintahan. Tajamnya perselisihan dalam isu PKI akhirnya mendorong sejumlah petinggi Masyumi, seperti M. Natsir dan Sjafruddin Prawiranegara pada tahun 1956 - 1961, melibatkan diri dan mendukung pemberontakan PRRI/Permesta yang anti-komunis.

Gerakan 30 September PKI boleh dibilang adalah puncak dari upaya perebutan pengaruh yang dilakukan PKI kepada Pemerintah cq Sukarno atas persaingan PKI dengan partai-partai lain yang ada saat itu seperti PNI, NU, Muhammadiyah, Perti, PSII, IPKI dll. Puncak persaingan perang ideologi tersebut kemudian menjadi musibah besar yang dicatat sejarah Indonesia. Jutaan rakyat menjadi korban.

Kita tidak pernah berharap peristiwa yang paling kelam dalam sejarah perjalanan bangsa ini berulang di masa berikutnya. Sekalipun "panasnya" Pemilu 2019 tidak sehebat perang ideologi di tahun 1950-1960, namun polarisasi yang terjadi sebagai ekses dimainkannya politik identitas berbau SARA di Pemilu 2019 tidak kalah kuat. Berbagai stigma dan labelisasi antar dua kelompok yang bersaing sangat berpengaruh dalam sikap dan preferensi politik yang kemudian mengeraskan hubungan antar sosial rakyat.

Saling serang label seperti HTI versus PKI, Pancasila versus Islam Khilafah, Cebong versus Kampret, dan lain-lain membuat rakyat seakan terbelah dan berhadap-hadapan. Pemilu 2019 sudah usai, namun aksi saling tuduh, saling curiga dan saling ejek nampak seakan sulit untuk dihentikan. Harus ada proses penyadaran serius yang melahirkan keinginan yang kuat until mengakhiri semua ketegangan antar rakyat yang bisa berujung konflik horisontal dan bahkan vertikal, sebagai akibat dari indikasi keberpihakan pemerintah pada salah satu kontestan Pemilu.

Pertentangan ideologi antar partai sekeras dan setajam apapun, harus dicegah agar tidak berakhir dengan konflik horizontal antara sesama anak bangsa ataupun menjadi gerakan vertikal antara kelompok dengan ideologi tertentu dengan pemerintah, yang memiliki hidden agenda untuk memisahkan diri ataupun mengganti pemerintahan yang sah dengan pemerintah baru yang dapat menjalankan ideologi mereka, tak peduli berapapun jumlah rakyat yang harus dikorbankan untuk tujuannya itu.

Demi terpeliharanya persatuan di atas kepentingan apapun termasuk ideologi antar partai, peranan setiap partai dalam menyalurkan aspirasi pendukung masing-masing harus dihadapkan kepada pilihan tunggal, yaitu berusaha untuk menggabungkan kepentingan dari partai-partai dalam sebuah tujuan besar yaitu membangun negara sebagai rumah bersama, serta hidup berdampingan bersaudara dengan sesama anak bangsa.

Dalam konteks kontestasi politik antar partai, ideologi dari masing-masing partai harus ditransformasikan menjadi Unique Selling Point dan Clear Differentiation sebagai faktor pembeda antar partai. Kepada konstituen, sosialisasi visi, misi serta program isu dari masing-masing partai dengan mudah dapat menjadi 'alat' untuk mengidentifikasi diri sesuai preferensi yang mereka percayai, bukan menjadi 'alat' untuk saling menjatuhkan, apalagi saling menghancurkan. Tak perlu beringas untuk memenangkan hati rakyat kan?

Sejarah di atas mengajarkan kita bahwa rakyat tidak bisa dipaksa mendukung ideologi kita. Tawaran party positioning yang jelas, visi yang bernas, narasi kader-kader partai yang cerdas, akan menjadi modal partai dalam meraih heart share konstituen.

Yakinlah ke depan, dengan semangat menjaga persatuan dan rasa persaudaraan sesama anak bangsa di rumah besarnya, Indonesia, kita bisa bangun Demokrasi kita sehebat-hebatnya dengan semangat kompetisi antar sesama saudara yang saling asah, saling asuh, saling asih.

'Cara mencintai Indonesia tak perlu dengan tumpah darahmu, cukup cintai persatuan bangsa ini dengan hatimu'.

Penulis Opini: Renanda Bachtar, Wakil Sekjen Partai Demokrat [noe]

Banyak Pemilih Tak Bisa Mencoblos, Anggota KPU Palembang Jadi Tersangka

Banyak Pemilih Tak Bisa Mencoblos, Anggota KPU Palembang Jadi Tersangka


Diduga membuat banyak pemilih tak bisa mencoblos pada pemilihan suara ulang (PSU) Pemilihan Presiden 27 April 2019, anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) berinisial Y0 (43) ditetapkan sebagai tersangka tindak pidana pemilu. Dugaan ini dilaporkan Bawaslu Palembang sesuai Pemilu Serentak digelar.


YO ditetapkan sebagai tersangka berdasarkan Surat Ketetapan Nomor: SK/87/VI/2019/Reskrim tertanggal 11 Juni 2019 yang ditandatangani Kasatreskrim Polresta Palembang Kompol Yon Edi Winara yang juga selaku penyidik Gakkumdu. Penetapan tersangka sesuai penyidik melakukan gelar perkara di hari yang sama.

Dalam surat itu disebutkan, YO diduga melakukan tindak pidana dengan sengaja menyebabkan orang lain kehilangan hak pilihnya pada PSU Pilpres di sejumlah tempat pemungutan suara (TPS) di Kecamatan Ilir Timur II Palembang. YO dikenakan Pasal 554 Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu junto Pasal 55 ayat (1) KUHP subsider Pasal 510 UU Pemilu.
Banyak Pemilih Tak Bisa Mencoblos, Anggota KPU Palembang Jadi Tersangka
Kapolresta Palembang Kombes Pol Didi Hayamansyah membenarkan penetapan tersangka terhadap YO atas laporan Bawaslu Palembang kepada Gakkumdu. Bawaslu menilai yang bersangkutan tidak menjalankan rekomendasi digelar PSU pilpres lantaran kekurangan kertas suara yang membuat banyak tak bisa mencoblos pada Pemilu 2019.

"Benar, salah satu anggota KPU Palembang yang disebut dalam surat itu jadi tersangka tindak pidana pemilu," ungkap Didi saat dihubungi merdeka.com, Sabtu (15/6).

Dalam kasus ini, penyidik telah memeriksa banyak saksi. Baik dari pelapor, anggota KPU Palembang, dan sanksi ahli. YO direncanakan akan dipanggil untuk pemeriksaan pertama sebagai tersangka.

"Bakal diperiksa lagi sebagai tersangka. Saksi lain juga sama," ucapnya. [noe]

Setya Novanto Keluar Lapas, Kemenkum HAM Selidiki Penyalahgunaan Wewenang

Setya Novanto Keluar Lapas, Kemenkum HAM Selidiki Penyalahgunaan Wewenang

Kementerian Hukum dan HAM masih melakukan pemeriksaan terkait ada tidaknya pelanggaran pihak Lapas Sukamiskin terkait terungkapnya aksi Setya Novanto berkeliaran di luar Lapas. Setya Novanto sejatinya menjalani masa hukuman di Lapas Sukamiskin selama 15 tahun penjara atas keterlibatannya melakukan tindak pidana korupsi proyek e-KTP.


Berdasarkan informasi dari kantor wilayah Kemenkumham Provinsi Jawa Barat, setya Novanto bepergian saat mendapat izin berobat ke rumah sakit di Bandung.

"Masih dilakukan pendalaman oleh kantor wilayah Kemenkumham Jabar terkait dengan informasi yang menyebutkan penyalahgunaan wewenang dalam layanan rujukan RS di wilayah kota Bandung," ujar Ade saat merdeka.com mengonfirmasi melalui pesan singkat, Sabtu (15/6).

Ade tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai terulang kembali Lapas Sukamiskin kebobolan atas ulah Novanto. Tercatat, sudah dua kali politisi Golkar itu keluar dari Lapas. Pertama pada 24 April 2019. Novanto tepergok berada di rumah makan Padang di RSPAD Gatot Soebroto. Novanto berdalih hanya sekadar mencari udara segar.
Setya Novanto Keluar Lapas, Kemenkum HAM Selidiki Penyalahgunaan Wewenang
Lalu Novanto kembali terlihat berada di luar Lapas bersama seorang perempuan berkerudung hijau. Novanto diketahui mendatangi sebuah toko bangunan. Tersebarnya foto Novanto di luar Lapas, Kepala Kanwil Kemenkumham Jabar, Liberti Sitinjak memutuskan memindahkannya dari Lapas Sukamiskin ke Lapas Gunung Sindur.

"Ini tindakan yang harus saya lakukan sebelum saya melaporkan kepada Pak Menteri," kata Liberti, Jumat malam. [noe]

Sukhoi SU-35 Terancam Tak Bisa Perkuat TNI AU Tepat Waktu, Ini Penyebabnya

Sukhoi SU-35 Terancam Tak Bisa Perkuat TNI AU Tepat Waktu, Ini Penyebabnya

Kementerian Pertahanan menargetkan Sukhoi SU-35 sudah bisa datang bertahap akhir tahun ini, bertepatan dengan HUT TNI 5 Oktober 2019. Namun rencana itu masih menemui sejumlah ganjalan.
Indonesia membeli 11 Unit Sukhoi seharga USD 1,14 Miliar dengan skema 50 persen uang, dan 50 persen imbal dagang atau barter komoditi. Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyebut masih ada kendala imbal dagang dengan Rusia di Kementerian Perdagangan.

Sukhoi begini ya. Kalau antara saya dengan pabrik udah selesai. Kan sudah tanda tangan. Kontrak. Yang belum selesai adalah Kementerian Perdagangan. Karena ini kan pakai uang dengan pakai imbal dagang. 50 pakai uang 50 persen pakai imbal dagang. Artinya kita menjual karet, kelapa sawit, itu. Ini yang belum selesai, kata Ryamizard, di Kemhan, Rabu (12/6).

Menurut dia, urusan di Kemhan sudah beres. Kini tinggal menunggu di Kemendag. Namun dia belum bisa memastikan kapan Sukhoi tersebut akan datang.
Sukhoi SU-35 Terancam Tak Bisa Perkuat TNI AU Tepat Waktu, Ini Penyebabnya
Kalau saya sih enggak ada masalah. Udah selesai. Tanda tangan kok. Udah salaman. Tinggal nunggu yang kedua aja tuh imbal dagang. Tinggal nunggu pesawatnya aja, kata dia.

Proses Masih Berjalan di Kemendag


Menurut Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Oke Nurwan mengatakan proses negosiasi imbal dagang alias barter dengan Rusia masih berjalan. Diketahui imbal dagang dilakukan untuk membeli pesawat tempur Sukhoi Su-35 dengan sejumlah komoditas di dalam negeri.

"Intinya menunggu Kemenhan kapan dilaksanakan, kita pihak rusia dengan imbal beli," kata dia, di Kementerian Perdagangan, Rabu (12/6).

Dia mengatakan proses negosiasi masih terus berlangsung antara Indonesia dan negeri Beruang Merah tersebut. Terakhir kedua belah pihak telah membuat grup diskusi untuk membahas kelanjutan rencana tersebut.

"Rusia belum mau berunding untuk komoditi apa saja. Bukan belum mau tapi mau, jadi dibuat working grup," ujarnya.

Dalam kelompok tersebut akan disusun komoditas apa saja yang diinginkan Rusia. Juga disusun mekanisme imbal dagang Indonesia dan Rusia. "Dibuat komoditi apa saja yang dibutuhkan Rusia. Jadi akan dibentuk grup pihak Rusia dengan kita buat grup karena kan mekanisme imbal beli harus disusun," tandasnya.

Reporter: Putu Merta Surya Putera dan Wilfridus Setu Embu [ian]

Polri Bantah Hoaks Rancang UU Permudah Penjarakan Anggota TNI

Polri Bantah Hoaks Rancang UU Permudah Penjarakan Anggota TNI

Beredar postingan foto Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo yang ditulisi pernyataan terkait upaya pengesahan undang-undang baru agar Polri mudah menangkap dan memenjarakan anggota TNI. Dedi menegaskan bahwa informasi tersebut adalah berita bohong alias hoaks.

"Saya tidak pernah membuat statement tersebut," tutur Dedi saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (12/6).

Postingan yang masif beredar di sosial media dan aplikasi percakapan pribadi itu dinilai mengganggu sinergitas TNI Polri. Dedi pun meminta masyarakat cerdas menanggapi isu tersebut.
Polri Bantah Hoaks Rancang UU Permudah Penjarakan Anggota TNI

Penyebar berita hoaks sendiri dapat dipidana sesuai dengan UU ITE Nomor 19 Tahun 2016 dan UU Nomor 1 Tahun 1946 dengan ancaman hukuman penjara sampai dengan 10 tahun.

"Saring Sebelum Sharing," kata Dedi.

Reporter: Nanda Perdana Putra

Sumber: Liputan6.com [bal]

Kasus Tuding Brigjen Subagyo Curi HP, AKBP Lalu Akan Hadapi Sidang Disiplin

Kasus Tuding Brigjen Subagyo Curi HP, AKBP Lalu Akan Hadapi Sidang Disiplin

Kasus AKBP Lalu Muhammad Iwan yang menuduh Brigjen Subagyo mencuri HP ditangani serius oleh Mabes Polri. Perwira menengah ini akan menghadapi sidang disiplin dan etik untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Kadiv Humas Polri Irjen M Iqbal menyebut AKBP Lalu telah diperiksa. Dia menyebut Polri akan menindak tegas seluruh anggota yang arogan.

"Ada tindakan arogan yang dilakukan oleh seorang pamen Polri di Cilacap terhadap salah seorang perwira tinggi TNI. Kami telah melaksanakan pemeriksaan dan akan kami bawa ke sidang disiplin dan kode etik bahwa Polri akan menindak tegas seluruh anggotanya yang bersifat arogan," ujar M Iqbal di Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (11/6).

Sebelumnya, telah beredar di media sosial video seorang Perwira Menengah (Pamen) Polri, AKBP Lalu Muhammad Iwan yang menuduh Perwira Tinggi (Pati) TNI, Brigjen TNI Subagyo dan keluarga mencuri handphone. Kejadian yang terekam dalam video amatir itu berdurasi 1 menit, terjadi di Hotel Atrium Cilacap, Jawa Tengah, Senin 3 Juni 2019, sekitar pukul 04.15 WIB.

Dalam Video tersebut, AKBP Lalu memberhentikan Direktur Peralatan Angkatan Darat (AD) Brigjen TNI Subagyo dan keluarganya yang berjumlah delapan orang, ketika meninggalkan lobi makan untuk menuju ke kamar hotel. Dia menuding salah satu dari mereka mengambil handphone merek iPhone miliknya yang ia letakkan di meja saat makan sahur.

"Stop stop stop berhenti dulu semuanya. Siapa yang mengambil HP saya. HP saya hilang, coba periksa semuanya satu-satu," ujar Lalu.

Mendengar tuduhan tersebut, Brigjen TNI Subagyo membalas dengan mengatakan agar jangan sembarangan menuduh. Istrinya juga menambahkan, mungkin (AKBP Lalu) lupa menaruh handphone-nya.
Kasus Tuding Brigjen Subagyo Curi HP, AKBP Lalu Akan Hadapi Sidang Disiplin
Akan tetapi, AKBP Lalu bersikeras untuk menggeledah tas yang dibawa Brigjen TNI Subagyo dan rombongan. Perwira menengah polisi itu menyuruh mengeluarkan handphone yang berada di saku celana anak laki-laki Brigjen TNI Subagyo bernama Rafi. Rafi kemudian mengeluarkan handphone miliknya, namun bukan milik AKBP Lalu. Hal ini membuat Brigjen TNI Subagyo tidak berkenan dan akhirnya cekcok.

AKBP Lalu kemudian memanggil salah satu pegawai hotel bernama Rudianto (FB Service) Hotel Atrium Cilacap. Dia meminjam handphone Rudianto untuk menelepon nomor ponsel miliknya dan ternyata berdering. Sumber suara handphone itu berada di atas meja awal tempat AKBP menaruh handphonenya sebelum ia mengambil makan untuk santap sahur.

Rombongan Brigjen TNI Subagyo dan AKBP Lalu kemudian mendatangi sumber suara handphone yang berdering tersebut. Selanjutnya AKBP Lalu meminta maaf kepada Brigjen TNI Subagyo dan keluarganya.

Setelah diselidiki dan akhirnya diketahui handphone Pewira Menengah Polri itu tidak hilang namun ada di atas meja makan tempat, Brigjen TNI Subagyo pun menelepon anak buahnya.

Pagi harinya pukul 08.00 WIB, Dandim beserta Kapolres Cilacap datang ke Hotel Atrium Cilacap. Setelah mengklarifikasi kejadian, diambil langkah-langkah penyelesaian.

Dandim dan Kapolres mempertemukan AKBP Lalu dengan Brigjen TNI Subagyo. AKBP Lalu kembali meminta maaf dan membuat surat pernyataan di atas materai atas kesalahannya.

Dalam surat itu, AKBP Lalu mengaku salah lantaran menuduh Direktur Peralatan TNI AD Brigjen Subagyo dan keluarganya mencuri iPhone. Dia juga meminta maaf lantaran sempat menahan dan menggeledah saku dan tas milik keluarga Subagyo. HP miliknya tidak dicuri, melainkan tertinggal di atas meja makan sebelum dia mengambil makanan untuk sahur. [ian]

Mantan KSAD Jenderal (Purn) George Toisutta Tutup Usia

Mantan KSAD Jenderal (Purn) George Toisutta Tutup Usia

Mantan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI (Purn) George Toisutta meninggal dunia, Rabu (12/6). Almarhum menghembuskan napas terakhir pukul 05.25 WIB di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, karena sakit.

Kadispen AD Chandra Wijaya membenarkan kabar duka tersebut. Dan rencananya, mendiang George Toisutta akan dimakamkan di Makassar, Sulawesi Selatan.

"Betul. Almarhum disemayamkan di rumah duka RSPAD dan akan dimakamkan di Makassar," katanya saat dihubungi merdeka.com, Rabu (12/6).

Sebelumnya, Prabowo Subianto berkunjung ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Jakarta Pusat. Kunjungannya tersebut untuk menjenguk sahabat lamanya, mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI (Purn) George Toisutta.

Jenderal TNI (Purn) George Toisutta saat ini tengah mendapatkan perawatan medis di RSPAD secara serius lantaran menderita sakit kanker usus. Dalam kunjungannya tersebut, Prabowo sempat berbincang santai dengan sahabatnya itu. Dia pun berdoa agar Allah SWT, Tuhan yang maha kuasa memberikan kesehatan kepada George Toisutta.

"Saya berdoa agar Allah SWT memberikan kesehatan dan kesembuhan untuk beliau, juga kepada keluarga beliau agar tetap kuat dan tegar," ungkap Prabowo di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Selasa (11/6).



Dalam kesempatan tersebut, Prabowo juga menjelaskan bahwa hubungan kekerabatannya dengan Jenderal TNI (Purn) George Toisutta sangat dekat. Menurutnya, Mantan Kasad periode 2009-2011 itu merupakan sosok prajurit yang sangat cerdas dan kuat serta memiliki kemampuan strategi yang sangat baik.

"Beliau adalah sosok prajurit yang cerdas dan kuat dan memiliki kemampuan strategi yang sangat baik," ungkap Prabowo.

Capres 02 itu pun juga mengajak kepada seluruh rakyat Indonesia terutama kepada seluruh prajurit TNI baik yang masih aktif maupun yang sudah purnawirawan untuk mengirimkan doa agar Jenderal TNI (Purn) George Toisutta dapat diberikan kesehatan kembali oleh Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.

"Saya mengajak kepada seluruh rakyat Indonesia untuk terus memberikan doa agar beliau diberikan kesehatan dan kesembuhan," pintanya.

Jenderal TNI George Toisutta adalah seorang purnawirawan TNI Angkatan Darat serta mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat sejak tanggal 29 November 2009 hingga 30 Juni 2011. Sebelumnya ia menjabat sebagai Panglima Komando Strategi Angkat Darat (Pangkostrad) yang menjabat sejak 2007 hingga tahun 2009. [fik]

Komnas HAM Minta Polri Buktikan Korban Tewas 22 Mei adalah Perusuh

Komnas HAM Minta Polri Buktikan Korban Tewas 22 Mei adalah Perusuh 


Komnas HAM meminta Polri segera membuktikan dugaan korban meninggal dunia dalam kerusuhan 22 Mei adalah massa perusuh. Sebab, Komnas HAM juga mendapat laporan bahwa beberapa korban masih berada di bawah umur dan meninggal dunia sebelum kerusuhan terjadi.

"Kami sedang proses untuk pendalaman berbagai korban yang meninggal itu, misalkan, Harun itu kan anak pulang sekolah, ditemukan tewas dan kejadian katanya sore, apakah perusuh atau tidak?" ujar Komisioner Komnas HAM, Chairul Anam, saat dihubungi kumparan, Rabu (12/6).

"Anak baru main pulang sekolah terus lagi main layang-layang, itu kami, Komnas HAM, datang ke rumahnya dan mendapat cerita dari keluarganya," sambungnya.

Harun (15), adalah salah satu korban tewas dalam kerusuhan pada Rabu (22/5) di Slipi, Jakarta Barat. Rekan Harun, Rijal Sumanto (15), yang turut bersama Harun saat tragedi terjadi, menyebut sahabatnya tewas diduga karena luka tembak pada Rabu sekitar pukul 20.00 WIB.


Chairul berharap polisi segera menjawab dugaan-dugaan itu agar kasus ini menemukan titik terang. Terutama mengungkapkan ke publik alasan Harun dan korban lainnya meninggal diduga tertembak.

"Yang ditunggu oleh publik adalah korban-korban yang meninggal itu meninggal kenapa, kalau dari laporan kami misalnya, ada yang meninggal karena peluru tajam. Tantangan polisi saat ini, yakni membuktikan pelurunya dari siapa, jangan dibawa ke mana-mana dulu, ini soal faktual," tutur Chairul.

Sebelumnya, polisi mencatat ada sembilan orang meninggal dunia akibat kerusuhan tersebut. Dalam proses investigasi terhadap para korban, Polri menggandeng Komnas HAM.

"Polri sejauh ini cukup kooperatif. Kami terima laporan itu karena kami menerima juga laporan dari berbagai pihak. Polisi juga menyampaikan laporan, dan menurut kami kooperatif, kalau ada penyampaian pengungkapkan," tuturnya.

Adapun, dari hasil penyelidikan sementara, polisi menduga kesembilan korban itu merupakan massa perusuh.


Komnas HAM Minta Polri Buktikan Korban Tewas 22 Mei adalah Perusuh
"Termasuk juga sembilan, kita harus sampaikan bahwa sembilan korban meninggal dunia kami duga perusuh. Penyerang. Diduga, ya. Nanti ada waktunya setelah selesai (investigasi) Polri dan Komnas HAM akan sampaikan ke publik," ungkap Kadiv Humas Polri M. Iqbal.

Sebelumnya, Polri menyebut korban meninggal akibat kerusuhan sebanyak delapan orang. Berikut data-data korban meninggal dunia yang dihimpun dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta:

1. Farhan Syafero, pria, 31 tahun. Meninggal di RS Budi Kemuliaan pada 22 Mei 2019, jenazah sempat dirujuk ke RSCM.

2. M Reyhan Fajari, pria, 16 tahun. Meninggal di RSAL Mintoharjo pada 22 Mei 2019

3. Abdul Ajiz, pria, 27 tahun. Meninggal di RS Pelni pada 22 Mei 2019

4. Bachtiar Alamsyah, pria. Meninggal di RS Pelni pada 22 Mei 2019

5. Adam Nooryan, pria, 19 tahun. Meninggal di RSUD Tarakan 22 Mei 2019

6. Widianto Rizky Ramadan, pria, 17 tahun. Meninggal di RSUD Tarakan

7. Pria tanpa identitas, meninggal di RS Dharmais 22 Mei 2019

8. Sandro, pria, 31 tahun. Meninggal di RSUD Tarakan 23 Mei 2019, usai dirawat sejak 22 Mei 2019.

Pemerintah Siapkan Insentif Ajak Dosen Asing Masuk RI

Pemerintah Siapkan Insentif Ajak Dosen Asing Masuk RI


Jakarta - Pemerintah tengah merevisi aturan terkait Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Rencanannya, dalam aturan tersebut akan dibuat beberapa insentif untuk menarik tenaga pendidik asing mengajar di Indonesia.

Menurut Sekretaris Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono revisi aturan tersebut akan memberikan insentif di bidang jasa, seperti pendidikan, ekonomi kreatif, dan kesehatan.

"KEK, ada dua revisi PP, finalisasi PP kek, fasilitas fiskal di KEK. Ada beberapa pending, karena KEK ditambahi tax holiday allowace. Kek nanti ada jasa, kesehatan, pendidikan, ekonomi kreatif," jelas dia dalam halalbihalal di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (10/6/2019).

Pemerintah Siapkan Insentif Ajak Dosen Asing Masuk RI
Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri Ellen Setiadi pun menambahkan revisi dilakukan guna menarik investor masuk. Pasalnya saat ini sudah ada 12 KEK yang beroperasi namun masih dinilai kurang kinerjanya.

"Kita lihat, dikasih KEK juga dianggap kurang menarik dan penyelenggaraan ini dianggap ribet, dan untuk insentif fasilitas kita kaji ulang tax holiday dan allowance," ungkap Ellen.

Ellen menjelaskan nantinya revisi juga membahas untuk pajak orang pribadi luar negeri seperti dosen asing. Pihaknya pun masih menghitung perpajakannya agar tidak merugikan di waktu depan.

"Orang pribadi luar negeri ini kan beda-beda, kalau misalnya KEK pendidikan, dosen asing bisa mengajar di Indonesia. Kita lihat dan akan kita kaji pajak penghasilannya seperti apa soalnya kan ini pakai devisa. Sama seperti kesehatan juga, orang sakit ke luar negeri biasanya nah kita pindahkan pelakunya ke dalam negeri," pungkas dia. (dna/dna)

Kategori

Kategori